Langsung ke konten utama

30. Berserah

Baru saja nulis tentang Kecewa, tiba-tiba semalam dikasih video judulnya "Santai, ada Allah." Duh, baik banget sih langsung dijawab seperti ini keluh kesah saya.

"Orang tidak akan kecewa kalau bersandar kepada Allah. Mustahil seseorang itu kecewa gara - gara berpegang, bersandar, menyerahkan dirinya kepada Allah." (Ust. Hanan Attaki)

Kita hanya bisa benar-benar berserah pada apa yang kita yakini. Bagaimana bisa berserah jika kita sendiri tidak yakin? Maka, berserah merupakan salah satu tanda orang beriman. Pertanyaannya, berserah yang seperti apa?

1. Berserah dalam niat

Niat adalah awal dan penentu dalam segala sesuatu. Berserah dalam niat artinya meniatkan sesuatu untuk beribadah kepada Allah. Bismillah. Dengan nama Allah. Niat yang benar membawa kita pada hasil yang benar. Niat yang salah membawa kita pada hasil yang salah. Apa-apa yang kita dapatkan tergantung dari niat kita saat mengawalinya. Sebesar itu nilai sebuah niat. Walaupun kita baru niat baik, itu sudah dicatat sebagai satu kebaikan. Sedangkan, niat jahat tidak akan dicatat sampai kita melakukannya. Betapa Tuhan Maha Baik. 

Sudah sepatutnya apa-apa yang kita lakukan selalu membawa nilai ibadah didalamnya. Kalau tidak, amal kita sia-sia. Meluruskan niat penting ketika dalam prosesnya kita mendapat banyak kendala atau hasil yang tidak kita harapkan. Luruskan niat. Bismillah. Tidak mungkin menjadi tidak baik orang yang mengawali segala sesuatu dengan namaNya.

2. Berserah dalam proses

Tidak jarang proses yang kita lalui untuk mencapai sesuatu terasa berat dan mendaki. Berserah dalam proses artinya melakukan sesuatu karena Allah, lillah bukan lelah. Maka, kata lillah menjadi penyemangat dan bahan bakar sehingga kita tidak menyerah di tengah jalan. Kita harus terus berproses sampai pada tujuan. Namun, untuk tujuan yang benar, prosesnya juga harus benar. Tidak mungkin kita sampai di Jakarta jika kita naik bis tujuan Bandung, kan?

3. Berserah dalam hasil

Sebelum ke hasil, kita cek dulu niatnya sudah benar kah? Prosesnya sudah benar juga? Jika sudah, tenang saja hasil tidak akan mengkhianati usaha. Kita tanam padi pasti yang tumbuh padi, tidak mungkin gandum. Kalau padinya belum tumbuh, kita coba lagi perbaiki niat dan prosesnya. Benar gak bijinya biji padi (niat)? Benar gak tanahnya, kondisi penanamannya, cara pengairannya (proses)? Terus saja diperbaiki, insya Allah padinya tumbuh.

Ketika niat dan proses kita sudah benar, hasilnya serahkan saja kepada Allah. Jika kita sudah melakukan yang terbaik yang kita bisa, pasti hasilnya baik apapun itu. Kalau kita merasa tidak puas pada hasilnya padahal kita sudah melakukan yang terbaik menurut kita, mungkin cara pandang kita yang perlu diperbaiki. Hukum Fisika menyatakan aksi sama dengan reaksi. Jadi, tenang saja hukumNya selalu adil. Yang penting kita yakin.


Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. {Q.s. Al-Zalzalah: 7-8}


Dulu setiap saya menghadapi ujian yang sulit, ketika belajar saya membayangkan saat dimana ujiannya sudah selesai. Dengan begitu membuat saya fokus belajar dan menghilangkan kecemasan saya yang berlebihan terhadap hasilnya. 

Kini saat saya menghadapi masalah yang berat, saya membayangkan saat dimana hidup saya akan berakhir dan mengucap syukur dengan sangat. Betapa ini hanya sementara; segala peluh, keringat, air mata, lelah dan kecewa. Saya berserah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka

18. Orang Sulit

Pernah mengeluhkan orang lain? Sampai berkali-kali atau malah sampai benci? Mungkin mereka orang yang sulit. Atau malah kita sendiri orang yang sulit menurut orang lain? Apa sih yang dimaksud orang yang sulit?  Membayangkan orang yang sulit rasanya melelahkan berurusan dengan orang seperti ini. Males deh kalau sama dia . Begitu kira-kira ungkapan kita ketika mengingat orang yang sulit. Definisi orang yang sulit bagi masing-masing orang bisa berbeda-beda. Orang yang simpel bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang perfeksionis dan sebaliknya. Orang yang saklek bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang fleksibel dan sebaliknya. Ketika perbedaan ini selalu dijadikan alasan untuk berkonflik, itulah saat seseorang menjadi orang yang sulit. Ia selalu berkonflik dengan orang lain, buat ribet atau cari ribut. Kebalikan orang sulit adalah orang yang cair, mudah sekali berharmoni dengan orang lain. Tidak jarang saya mendengar keluhan teman-teman saya tentang kekasih mereka. 

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu